Selasa, 02 November 2010

[Rilis Pers] 'INGGIT' film akan segera produksi dari Mizan Productions




PRESS RELEASE FILM INGGIT
Bandung, 1 November 2010

Gedung Indonesia Menggugat, 10.00 s/d selesai

Narasumber: Putut Widjanarko (Produser), Maudy Koesnaedy (Artis/Pemain), Benni Setiawan (Sutradara), Tito Asmarahadi (cucu Ibu Inggit Garnasih)


Tahun 2008 menjadi tahun yang penting bagi Mizan Productions, dimana pada tahun tersebut untuk pertama kalinya Mizan Productions memproduksi sekaligus memproduseri film layar lebar (Laskar Pelangi) dan mendulang sukses yang fantastis. Dari kesuksesan tersebut, Mizan Productions mulai berkonsisten untuk terjun ke dunia perfilman. Tercatat 3 tahun belakang ini, Mizan Productions sudah memproduksi dan memproduseri film seperti, Sang Pemimpi, Garuda di Dadaku, yang masuk dalam kategori film box office, kemudian Emak Ingin Naik Haji, 3 Hati 2 Dunia 1 Cinta dan yang akan segera tayang yaitu Rindu Purnama, karya perdana sutradara Mathias Muchus .

Kini Mizan Productions kembali akan menggarap film baru pada pertengahan tahun depan. Sebuah film roman sejarah tentang cinta dan kemerdekaan seorang Inggit Garnasih dengan Soekarno muda. Film ini bertujuan mengungkap sejarah agar para masyarakat mengetahui bahwa ternyata dibalik kesuksesan seorang Soekarno, terdapat satu perempuan yang juga memiliki peranan penting namun tidak banyak diketahui masyarakat sekarang, Inggit Garnasih.

”Inggit” yang rencananya akan menjadi judul film terbaru Mizan Productions ini dengan menggaet sutradara kenamaan Benni Setiawan akan diperankan oleh Maudy Koesnaedy. Mengangkat kisah kehidupan seorang mojang priangan yang juga istri kedua Bung Karno bernama Inggit Garnasih. Seorang perempuan yang memiliki sisi pergerakan yang sangat fantastik dan memiliki usia selusin lebih tua dari Bung Karno. Roman percintaan mereka berawal pada saat, Bung Karno adalah anak kos dan Inggit adalah ibu kosnya di Bandung. Pernikahan Soekarno – Inggit di era perjuangan, sejatinya sangat penuh romantika dan dinamika. Dan satu-satunya Inggitlah yang paling pas mendampingi Soekarno muda. Ia tahan gempuran gosip, gempuran cemooh, bahkan pelecehan polisi Belanda demi mengetahui dirinya adalah istri musuh nomor satu pemerintah Hindia Belanda, bernama Soekarno. Inggit juga tabah mendampingi Soekarno hidup di pengasingan, baik selama di Ende maupun Bengkulu. Selama mendampingi Soekarno, Inggit menjadi tulang punggung bagi jiwa Soekarno yang berkobar-kobar, frustrasi, melankolis, dan mendambakan kemerdekaan bagi bangsanya.

Manakala keduanya menyepakati perpisahan, Bung Karno masih sempat mengantarnya ke dokter gigi dipagi hari, dan mengantarnya ke Bandung serta membawakan barang-barang Inggit tanpa kecuali. Itulah akhir perpisahan keduanya. Dalam kesepiannya Inggit selalu berdoa bagi kebaikan Soekarno. Inggit kembali menjual bedak, meramu jamu dan menjahit sebagai nafkah. Demikianlah cinta Inggit pada Soekarno. Cinta, semata-mata karena cinta. Tidak luka ketika dilukai dan tidak sakit ketika disakiti, tanpa pamrih tanpa motivasi. Inggit Garnasih, adalah pengantar Bung Karno ke gerbang kemerdekaan. Inggit memiliki panggilan kesayangan buat Bung Karno yaitu “Engkus”…. Dan panggilan itu ia ucapkan untuk terakhir kalinya, saat menatap jasad Bung Karno di Wisma Yaso. (roso daras)

Inilah Film tentang cinta dan kemerdekaan. Sebuah film roman sejarah. Romantisme dan perjuangan anak-anak muda yang berfikir keras tentang negara dan kemerdekaan. Hal ini divisualkan dalam gambar-gambar yang dinamis, membentuk mosaik yang jalin menjalin.

Setting waktu dan lokasi, akan dibalut dalam sinematografi yang indah membuat dramatis film ini begitu menyentuh dan bermakna. Begitu pun make up, busana dan art, akan disesuaikan perjalanan sejarahnya.

Karakter-karakter tokoh yang akan dimainkan aktor dan aktris terbaik di Indonesia. Visual dan ilustrasi musik yang selaras, menjadi bagian penyutradaraan yang akan membuat film ini memotret secara dekat fragmen-fragmen merintis kemerdekaan denga segala romantismenya.

“Inggit adalah contoh bagi gadis-gadis sebayanya. Karena itulah Soekarno menyebutnya Srikandi”
(SK Trimurti, pejuang,)







Catatan: image diambil bebas dari browsing di internet, bukan properti film 'Inggit'. Apabila ada yang kurang berkenan dengan pemakaian foto ini karena hak kepemilikan foto, mohon disampaikan via email. Image dapat segera dihilangkan dari posting ini


- Tetap cintai Film Indonesia dulu, kini & nanti -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Film Indonesia

Website Resmi OfficialfilmIndonesia.com